Tentang Sepuluh Ribu Jam
Tadinya saya sudah ingin menyerah, menunda untuk tidak menulis
konten blog hari ini. Alasannya, karena selain saya ingin fokus untuk
menyelesaikan tulisan yang akan diikutsertakan untuk lomba, saya juga sedang
tidak punya ide untuk menulis di dalam blog kali ini. Akan tetapi gara-gara
barusan saya membaca buku pdf yang saya peroleh dari situs Kamantara (Kamantara
loh ya, bukan Kamasutra), tiba-tiba semangat saya untuk menulis blog muncul
kembali.
Buku yang berjudul Knowing How
You Love, sebenarnya ditujukan kepada mereka yang bermasalah dalam urusan
relationship (lebih tepatnya relasi asmara). Mungkin memang saya termasuk salah
satunya. Saya jomblo. Pernah merasakan friendzone
yang aneh, gamang mencari pasangan yang tepat sebaiknya ke siapa, tapi tidak yakin
dengan bantuan orang yang ingin membantu karena mereka tidak bisa saya percaya.
Emerging adulthood yang sudah menjadi
life quarter crisis banget yah, Kak.
Sejujurnya dalam tulisan kali ini, saya justru tidak ingin membahas
tentang relasi asmara. Saya justru ingin membahas tulisan pembuka tersebut yang
meminta kita melakukan teknik menulis gegas atau free writing. Free writing
adalah menulis dengan asal, tidak peduli dengan ejaan, arah tulisan mau dibawa
kemana dan mungkin hanya sekedar coretan saja. Namun ternyata coretan tersebut
jika ditarik benang merah akan diperoleh sebuah ide menarik yang dapat
dikembangkan. Ide yang dapat ditulisakn dengan penuh hikmah. Adalah Natalie
Goldberg dalam buku Wind Mind-nya yang mengenalkan metode menulis ini. Kalau si
penulisnya Kamantara sih nyebutnya menulis gegas. Kenapa disebut menulis gegas,
karena disitu si penulis hanya diberi waktu selama 5 menit untuk mencoret tak
jelas di lembar kertasnya. Teknik ini efektif lo untuk mengatasi writer block. Buktinya kali ini saya
bisa membuat sebuah tulisan juga. Iyaaaaa……tulisan ini dibuat pakai teknik
gegas.
Saya jadi ingat dengan cerita
Kak Alodita, blogger Indonesia panutan saya. Beliau selalu menyempatkan diri
menulis jurnal setiap harinya, dapat ide apa saja dicatat. Huoooooooo……terus
kamu gimana Pu? Udah kayak gitu? Padahal sejatinya seseorang itu akan menjadi
ahli ketika ia sudah menghabiskan sepuluh ribu jam untuk mempelajari sesuatu
hal. Lah, saya kapan tercapai sepuluh ribu jamnya kalau mau nulis konten suka
malas-malasan.
Yeaaaay……semangat 10.000 jam menekuni dunia blogging. Semangat
10.000 jam juga buatmu, apapun yang sedang kau tekuni saat ini, yuk dipelajari
biar sampai pakar.
Pelan-pelan nanti juga tercapai goalsnya. Semangat ya.
BalasHapusHoho...terima kasih, Kakak. :)
HapusWah... 10.000 jam ya... bentar hitung kancing dulu.. qiqiqi.. menulis dengan gaya seperri itu menarik juga. Kalau saya sering typo kalau mencoba menulis begitu. Alhasil balik lagi ke atas ngecek tulisan. Jadinya malah kelupaan sampai bawah mau nulis apa lagi.. 😆
BalasHapusHehe iya nik Kak Zahra, self editing-nya nanti kalau sudah kelar nulis :)
HapusSetuju dengan Kak Alodita, misalnya kita punya ide menulis, langsung ditulis walaupun hanya kerangka dasarnya atau paragraf pembukanya atau bahkan judulnya saja. Misalnya enggak langsung ditulis seringnya kelupaan.
BalasHapusTerus jadi pengen punya jurnal kecil cantik gitu.....(halah Pu alesan pengen belanja stationery aja ini mah....)
Hapus