Berdama Dengan Media Sosial

Dulu waktu saya baru masuk kuliah, perkembangan media sosial belum sepesat sekarang. Yang paling hitz di masa itu Friendster sih. Jujur di awal saya punya Friendster, sempat bingung juga mau dipakai buat apa. Ya, saya bikin Friendster ya udah bikin aja. Biar sama kayak anak yang lainnya. Biar enggak dibilang cupu. Sungguh, kalau di AADC saya pasti sudah dikatain Rangga nggak punya kepribadian dan tidak prinsipil. Haha…

Pada akhirnya Friendster saya memang tidak banyak guna, selain untuk kenalan sama temen-temen baru dan stalking gebetan diam-diam tanpa di-add karena takut ketahuan.Helaaaaahhhh….. Sering blogwalking dan nemu blognya Wulan Guritno. Nah, di blog itu Wulan cerita kalau doi bikin  akun Facebook. Sekali lagi, karena hanya ingin dianggap gaul dan keren, Pu haus pengakuan sekali saya pun membuat  akun Facebook. Hal sama kemudian berulang ketika saya membuat Twitter. Kalau bikin Instagram sih dulu karena buat belajar fotografi. Lama-lama kemudian beralih fungsi dan sempat merasakan yang namanya menghapus dan membersihkan seisi Instagram. Tapi balik lagi sih, buat ikutan BPN Blog Challenge ini. Hahaha…..
Jadi gimana? Menghadapi media sosial ini bikin pusing?

Tentu. Saya sempat merasa terganggu dengan begitu banyaknya informasi yang masuk melalui media sosial ini. Apalagi tidak semua informasi yang masuk itu sudah jelas kebenarannya. Ini semacam pengetahuan, bukan ilmu. Pengetahuan itu kan beda sama ilmu. Pengetahuan-pengetahuan yang diuji dengan metode tertentu dan sistematis ini akan berubah menjadi ilmu. Di sinilah saya harus memulai me-manage pengetahuan yang saya punya.

Facebook mengajarkan saya tentang covert selling. Tulisan saya sebenarnya diarahin sama temen untuk dibikin novel. Terus sekarang saya masih belajar sih, karena nulis novel fiksi tidak semudah yang dibayangkan, Ferguso. Namun di situlah pengetahuan saya terus bertamabah dan saya belajar ilmu baru.

Instagram mengajarkan saya tentang fotografi. Meskipun sampai sekarang masih mentok di situ-situ saja. Sedangkan blog, mengajarkan saya tentang story telling, pemrograman web dan segala macam tools marketing yang sebelumnya saya tak tahu apa-apa.
Jadi apakah selamanya media sosial itu buruk.Tentu saja tidak. Selama kita bisa mengelola dan memimpin diri sendiri saat menggunakannya.
Selamat bersosialisasi di media masing-masing. 😄

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Komunitas) Blogger Perempuan

Cantik atau Pintar?

2017: Sometimes I win, Sometimes I learn