Selow

Di balik damainya content YouTube Li Zi Qi, saya percaya ada begitu banyak "kerasnya hidup" yang sudah ia telan mentah-mentah. Itulah hal yang saya pikirkan ketika akhirnya nemu sinyal dan bisa buka tautan akun YouTuber asal China ini.

Oke sebelum bercerita tentang Li Zi Qi, saya akan menulis cerita lain dulu.

Sekitar akhir Januari lalu, saya membaca artikel tentang krisis Venezuela. Berita tentang tuntutan kepada Presiden Nicolas Maduro untuk mundur dari jabatan kepresidenan. Ada salah satu influencer di Instagram yang berasal dari Venezuela yang membuat postingan tentang betapa beratnya membuat sebuah keputusan, tetap tinggal atau pindah ke negara lain agar tetap bisa hidup aman. Sejak 2014 sampai 2018, sudah ada 2,3 juta penduduk Venezuela yang meninggalkan negaranya untuk mencari penghidupan yang layak.

Ya, soalnya hiperinflasi di negara tersebut sudah gila-gilaan. Di bulan Agustus 2018, seorang WNI diberitakan makan di restoran dan diminta bayar 1,7 milyar bolivar (setara dengan Rp 7 juta). Harga ayam mencapai 14 juta bolivar dan tisu dijual dengan harga 2,6 juta bolivar. Kali ini saya tak ingin membahas soal kenapa mata uang Venezuela ini bisa ambruk. Juga tidak membahas permainan politik tentang Nicolas Maduro yang memutus hubungan diplomatiknya dengan AS semenjak Trump dianggap mulai ikut campur dengan urusan rumah tangga negaranya. Maduro punya genk-genk-an dengan Russia dan China. Katanya sih gitu, nggak terlalu paham saya. Makanya saya tidak mau bahas lebih jauh soal ini.

Lalu mau bahas apa, Pu?Kok bisa bahas Venezuela terus pindah sampai ngomongin Li Zi Qi.

Gara-gara baca tulisan sesembak influencer asal Venezuela itu, saya bergosip sama temen. "Orang yang ninggalin negerinya di Venezuela itu udah pasti koneksinya bagus. Kalau dia nggak bisa bahasa asing, nggak punya network di luar negeri dan nggak punya skill yang mumpuni untuk bertahan hidup di negara lain sehingga layak dipertahankan, nggak bakalan mudah juga untuk tinggal di negara lain. Itu kenapa sih, sering disuruh silaturrahim, mungkin silaturrahim bisa memperpanjang usia tuh maksudnya kek gini kali ya...."

Lalu obrolan beralih ke tentang diri saya yang mainnya masih sama itu-itu aja, nggak melebarkan koneksi kemana dan berujung saya yang dibilang penakut. Ya emang sih dari dulu saya penakut. Nggak tahu kapan mau tobat. Lalu obrolan beralih lagi dengan slow living. Slow living, kembali ke alam, menanam sendiri, produksi pangan sendiri akan menjadi sebuah resiliensi untuk menghadapi krisis (kata temen saya sih). Obrolan panjang, panjang dan panjang tak perlu saya jabarkan kemudian menuntun saya pada tautan YouTube Li Zi Qi ini.

Saya harus menunggu sehari untuk bisa mendapat sinyal demi mengakses YouTube (beginilah indahnya slow living sodara) dan melihat Mbak Li Zi Qi ini. Saya ternganga melihat wortel, apel, lobak, tomat yang "mlunur-mlunur", saya lebih ternganga lagi melihat Mbak Li Zi Qi nyangkul di kebun dan masak di depan tungku berasap dengan make up cantik flawless. Saya membayangkan di balik panen tomat menggemaskan ini apa saja kerasnya hidup yang sudah dialami Li Zi Qi? Menanam itu bukan kerja mudah, belum soal perubahan iklim, terampilnya tangan Li Zi Qi membungkus permen kacang macem Ting-ting mengingatkan saya yang mau pegang daun pisang buat bungkus bubur mutiara saja udah keburu disamber Ibuk karena saya tidak becus dalam urusan bungkus membungkus.

Pada akhirnya saya sadar, saya bukan Li Zi Qi. Saya juga bukan warga negara Venezuela yang sedang dilanda krisis. Namun, bukan berarti tidak menghadapi kerasnya hidup yang sedang disajikan Gusti Allah di depan mata untuk dijalani, dinikmati dan diselesakan satu per satu persoalannya. Toh, semua ini juga bikin saya jauh lebih matang, kan ya. Cukuplah saya belajar tentang kerja keras, kreativitas, tidak pernah menyerah, belajar bahasa asing, membangun jaringan, mempelajari skill yang memang ingin saya pelajari dan memang saya nggak nol banget kemampuannya di situ, juga tentunya yang paling penting menjadi tidak penakut. Tentu dengan kisah saya sendiri. 😅

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Komunitas) Blogger Perempuan

Cantik atau Pintar?

2017: Sometimes I win, Sometimes I learn